Minggu, 26 Mei 2013

(ノ `Д´)ノ Like a dog and a cat..

Sebuah puisi yang kuciptakan sewaktu masih duduk di SMP kelas 8 ketika Pak Jamil (Guru Bahasa Indonesia) memberikan tugas untuk membuat puisi... ini hasilnya...  :D :)


Kakak.. 

Seorang yang kusayangi, tapi juga kubenci!
Bercanda, bertengkar setiap hari tiada hendi..
Tak mengenal waktu, tempat dan situasi.. 
Terkadang.. aku ingin kau pergi..
Namun, saat kau pergi aku rindu sekali..


Aku benci padamu kakak, tapi aku sayang..
Tiap ribut denganmu air mata selalu berlinang..
Kenapa aku punya kakak seperti kamu, tapi aku beruntung..
Itu berarti Tuhan masih sayang..


Aku tahu kau juga menyayangiku..
Aku juga tahu kau membenciku..
Atas tingkah lakuku yang kurang hormat padamu..
Anjing dan kucing.. itulah aku dan kakakku..
Read more »»  

Jumat, 17 Mei 2013

Curhat boleh?? :D


Pada suatu hari aku berangkat siang ke sekolah. Teman-teman sekelasku terbiasa duduk berpindah-pindah atau berganti-ganti setiap harinya sesuai keinginan. Dan biasanya yang datangnya paling akhir kebagian tempat duduk di depan. Hari itu hanya  tersisa satu tempat duduk. Nah itu di depan sendiri. Aku termasuk seorang yang berpostur tinggi. Dan ketika aku duduk di bangku deratan depan otomatis aku menghalangi papan tulis teman-teman yang duduk di belakang.
            Ketika pelajaran sedang berlangsung dan aku sedang mencatat apa yang ada di papan tulis. Aku mendengar seseorang memanggilku.
“Ana..! Ana..!” seorang temenku yang duduk di deratan belakang memanggilku. Aku menoleh kepadanya. Kemudian dia berkata, “Nunduk..!” kata temenku sambil tangannya memberi isyarat kalau aku suruh duduk. Setelah itu aku memalingkan wajahku dan kembali menulis. Tanpa berusaha menundukkan kepala. Dan berkata, “Salah siapa milih bangku di deretan belakang :| .” Kemudian temenku yang duduk sebangku denganku mendengar ucapanku. Dia bilang, “betul”. Ya memang iya kan? Aku kan capek kalau harus menunduk terus setiap papan tulisnya ketutupan aku.
Memang aku salah ya? :o Aku ga memilih duduk di depan. Aku tahu aku tinggi dan seharusnya tidak duduk di depan. Tapi gimana? Wong aku dapat tempat duduknya di depan. Siapa suruh kamu duduk di belakang? Udah tau kalau duduk dibelakang biasanya ketutupan. Salah siapa jal? Bukannya aku ga mau menunduk. Tapi masa iya? Aku harus menunduk terus menerus? Kan capek?  Mohon maaf jika kamu menganggap aku egois. Aku ga bermaksud. Tapi aku hanya pengen kamu mengambil resiko atas pilihanmu. 
:)

Itu ceritaku hari ini, apa pendapatmu? :D
Read more »»  

Selasa, 14 Mei 2013

Sebuah Cerpen...


Terima Kasih Engkau Telah Menegurku
Oleh : Ana Nur Fajriyati  :)
Merasakan semilir angin yang bertiup sepoi-sepoi dan menebarkan aroma asin air laut. Terdengar suara gulungan ombak yang saling bertabrakan satu sama lain. Serta sang surya yang mulai condong ke barat serta perlahan-lahan menghilang menciptakan potret langit yang begitu indah dengan semburat warna jingganya. Berjalan di hamparan pasir putih bak permadani dan merasakan itu semua merupakan kenikmatan tersendiri buatku. Terlebih jika kepenatan sedang menghampiriku. Datang ke tempat ini merupakan obat yang bisa menghilangkan penatku. Ya. Pantai. Seringkali aku datang ke sini hanya untuk menikmati suasana pantai yang dapat membuat hatiku merasa tenang dan nyaman dan merasakan betapa indahnya ciptaan Sang Maha Kuasa. Sejenak bisa membuat diriku lupa akan masalah yang sedang menghampiriku. Dan membuatku sadar untuk selalu bersyukur.           
Aku terduduk di pinggir pantai sambil menangis terisak-isak, mengeluarkan rasa kecewa yang ada. Semua itu tidak dapat terbendung hingga akhirnya meluap melalui air mata yang mengalir menganak sungai dipipi.
“Sudah lah Ka, tak ada gunanya kalau kamu nangis terus kaya gini..” kata Claresta yang berusaha memintaku untuk berhenti menangis.
“Hiks.. hiks.. aku udah berusaha keras Ta, tapi...” jawabku dengan kalimat menggantung. Claresta mengerti ucapanku yang menggantung tersebut.
“Tetep semangat, kamu juga masih kelas X, masih ada kesempatan di kelas XI. Keep fight and keep spirit!” Claresta masih berusaha memberikan semangat padaku agar aku tidak tenggelam dalam kesedihan dan kekecewaan.
Thanks ya Ta atas semangatnya, kamu emang sahabat yang paling ngertiin aku”
“Iya Ka, sama-sama, itu kan memang sudah seharusnya yang sahabat lakukan ketika mendapati sahabatnya sedang sedih. Ya kan? ” ucap Claresta sambil tersenyum memandangku dan mengedipkan mata.
“Iya Claresta sahabatku yang paling baik...” jawabku. Dan kemudian kamipun berpelukan sambil tertawa satu sama lain.
Aku mengenal Claresta sewaktu kami masih SMP. Kami ditempatkan dalam kelas yang sama ketika kelas 7, dan kelas 9. Dua tahun bukan waktu yang sebentar untuk dapat mengenal dan memahami satu sama lain. Begitu juga kebersamaanku dan Claresta selama dua tahun, terjalinlah sebuah persahabatan yang indah. Penuh dengan warna-warni, meski seringkali warna-warni indah itu tercoret cat hitam akibat adanya ketidaksepahaman diantara kami. Tapi itulah yang membuat lukisan persahabatanku dengan Claresta semakin berwarna dan semakin indah. Kebersamaan kami tidak berhenti disitu saja. Sekarang kami duduk dibangku SMA. Kami sama-sama mendaftar di salah satu sekolah yang terbaik di kota kami. Kami diterima di sekoah tersebut dan kebetulan kami dimasukkan kesebuah kelas yang sama.
***
Erika. Itulah nama yang biasa orang pakai untuk memanggilku. Iya. Itulah namaku. Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Ibuku seorang ibu rumah tangga dan ayahku seorang guru SMA di salah satu SMA negeri di kota ini sebagai guru geografi. Aku mempunyai seorang kakak laki-laki dan adik perempuan. Aku selisih 5 tahun dengan kakakku dan selisih 7 tahun dengan adikku.Kakakku tidak tinggal di rumah, ia sedang melanjutkan belajarnya di salah satu universitas negeri ternama di Surakarta. Dan ia tinggal di salah satu kos-kosan yang dekat dengan kampusnya itu. Sedangkan adikku masih duduk di kelas 3 SD. Karena ayahku seorang guru geografi, Beliau punya banyak koleksi buku geografi. Aku sering membacanya. Hingga akhirnya aku menjadi ketagihan dan suka dengan mata pelajaran tersebut.
***
SMA Bintang Bangsa. Itulah tempat baruku menimba ilmu. Sekolahku tersebut walaupun bukan sekolah negeri, tapi termasuk deretan sekolah menengah atas terbaik di kotaku. Aku tinggal di sebuah kota kecil di Jawa bagian Timur. Alasan kenapa aku lebih memilih sekolah tersebut dibanding sekolah negeri yang lain karena  selain mutu pendidikannya yang sangat baik juga karena jarak dari rumahku yang cukup terjangkau dibandingkan dengan sekolah lain yang cukup jauh. Jadi bisa lebih terjangkau. Walaupun biayanya sedikit lebih mahal dibanding sekolah negeri. Juga karena kedua orang tuaku yang meminta.
Di sekolah banyak sekali ekstrakurikuler. Satu yang paling aku tertarik untuk bergabung yaitu Sains Club. Sains Club adalah sebuah ekstrakurikuler yang kegiatannya memperdalam pembelajaran tentang mata pelajaran sains. Sains Club terdiri dari berbagai bidang, seperti matematika, fisika, biologi, kimia, astronomi, komputer, kebumian, geografi, dan ekonomi. Aku tertarik untuk mengikuti Sains Club bidang geografi.
“Erika, gimana? Kamu diterima jadi anggota SC geografi?” tanya Berta suatu hari sewaktu kita berpapasan di jalan ketika aku akan pulang. Berta dan aku sama-sama ikut mendaftar SC geografi.
“Alhamdulillah aku diterima, kalau kamu gimana Berta?” aku bertanya balik padanya.
“Alhamdulillah, aku juga Ka” jawabnya singkat sambil tersenyum. Ia terlihat sangat bahagia.
“Selamat Berta, kapan-kapan kita belajar bareng ya!” kataku menambahkan.
“Terima kasih Erika, kamu juga. Selamat ya!” balas Berta.
Untuk bisa menjadi anggota Sains Club di sekolah, kita harus mengikuti tes seleksi masuk. Karena Sains Club pada dasarnya merupakan ekstrakurikuler untuk mempersiapkan siswa-siswi yang akan mengikuti OSN (Olimpiade Sains Nasional). Dari dulu aku sangat ingin mengikuti OSN, yang belum terwujud ketika masih SMP. Nah, di SMA keinginan tersebut muncul kembali.
***
OSK masih beberapa bulan lagi, tapi sekolahku sudah menyiapkan jauh-jauh hari. Kami para anggota Sains Club lebih giat lagi dalam pertemuan. Bisa lebih dari 3 kali seminggu, padahal jadwal sebenarnya hanya sekali seminggu. Jam pertemuan pun ditambah agar lebih maksimal dalam pendalaman dan penambahan materi untuk mempersiapkan OSN tingkat kabupaten atau yang biasa disebut OSK (Olimpiade Sains Kabupaten)  agar bisa lolos ke tahap berikutnya. Kegiatan tersebut benar-benar membuatku kalang kabut dalam membagi waktu, antara waktu belajar materi pelajaran sekolah dan materi untuk OSN. Sebulan yang lalu kami para anggota Sains Club diseleksi lagi dengan mengerjakan beberapa jenis soal olimpiade. Nah, dari hasil itu peringkat 5 besar dari kami akan mengikuti OSK. Dan aku sangat bersyukur kepada Allah aku termasuk dari 5 anak tersebut. Aku pun sangat bahagia dan mempersiapkan segalanya dengan semaksimal mungkin.
Sehari-haripun aku selalu belajar, belajar, dan belajar.
            “Hai Ka, lagi sibuk banget nih.. buru-buru amat..” tanya Ardan. Ardan adalah teman sekelasku. Dia selalu kepo dengan urusan orang lain. Tapi dia tidak suka jika ada teman lain yang ingin tahu urusannya. Huh! Dasar Ardan!
            “Iya nih, duluan ya.. bye..” jawabku singkat padanya kemudian bergegas berjalan keluar kelas. Hari ini ada bimbingan mata pelajaran geografi. Tidak hanya hari ini, tetapi setiap hari, selepas pulang sekolah menjelang OSK. Sibuk sekali!
***
            Aku semakin sibuk dalam mempersiapkan segala sesuatu menuju OSK. Ya padahal baru setingkat kabupaten, aku sudah seperti ini. Ya ini adalah gerbang menuju OSN yang sebenarnya setelah aku lolos OSK kemudian OSP (Olimpiade Sains Provinsi). Itulah yang aku dampakan. Terlebih lagi jika aku diberi kesempatan menuju tahap berikutnya. Ya. Internasional. Begitulah harapanku. Aku begitu menikmati semua kesibukanku menjelang hari pelaksanaan olimpiade, sampai aku lupa dengan hal-hal yang lainnya.  Aku begitu bersemangat dalam mempersiapkan semua, belajar siang malam. Sampai-sampai hanya tidur beberapa jam saja. Dan itu berulang setiap harinya.
            “Erika, belajar maksimal harus, tapi jangan lupa istirahat, makan, dan sholat ya?” kata Mamaku di tengah ketika mendapati aku masih belajar dan belum memejamkan mata.
            “Iya, Bu.” Aku jawab singkat, kemudian kulanjutkan belajarku.
Ibuku sangat perhatian padaku, ketika aku ingin belajar tengah malam, dan minta tolong ibu untuk membangunkan, beliau selalu bersedia. Beliau tidak pernah marah ketika aku terlalu sibuk dengan tugas sekolahku dan jadi jarang membantu ibu. Dia begitu pengertian. Aku sayang ibuku. Sampai suatu ketika, aku tidak mendengarkan apa yang dikatakan ibuku, ibuku selalu berpesan sesibuk apapun jangan lupa makan dan berdoa.  Menjelang dua minggu hari pelaksanaan olimpiade, aku semakin maksimal belajar, hingga lupa makan dan salat. Iya. Aku melalaikannya. Aku lupa makan dan salat, tidak cuma sekali.
***
Hari pelaksanaan lomba semakin dekat. Tapi sesuatu hal yang tidak biasa aku rasakan. Aku merasa tidak seperti biasanya. Merasakan ada sesuatu yang terjadi padaku. Awalnya aku tidak menghiraukannya. Aku berangkat sekolah seperti biasa. Sampai di sekolah beberapa orang menegurku kalau aku terlihat pucat hari ini. Setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi padaku. Ketika aku membuka mata, hanya warna putih yang kulihat di sekelilingku dan ada seseorang yang sedang duduk di samping tempatku terbaring. Dialah ibuku.
“Erika sayang, kamu udah sadar? Alhamdulillah.” Kata ibu yang mengetahui aku tersadar sewaktu tanganku yang Ia pegang bergerak perlahan-lahan. Aku mulai membuka mata.
“Aku kenapa, Bu? Apa yang terjadi padaku?” jawabku dengan nada bingung.
“Sayang, kamu pingsan di sekolah. Pihak sekolah membawamu ke rumah sakit.” Jawab ibuku menjelaskan.
            “Aku sakit apa, Bu? Katalu tanya lebih lanjut.
            “Sayang, kamu tidak apa-apa, kamu baik-baik saja.” Jawab ibuku yang sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan.
            Aku tidak percaya dengan apa yang dikatakan ibuku. Terlihat ada raut kekhawatiran di wajah ibuku yang sebelumnya jarang aku temui. Aku merasa ada sesuatu yang disembunyikan. Pikiranku mengembara liar ke mana-mana. OSK seminggu lagi? Bagaimana jika aku masih di rawat di rumah sakit? Pikiran-pikiran buruk datang silih berganti lewat di dalam pikiranku. Tapi aku berusaha tetap positive thinking, tapi tetap saja. Pikiran itu selalu muncul. Untu menyemangati diriku sendiri aku mengatakan, “Aku kuat dan harus selalu kuat. Seperti namaku Erika yang artinya selalu kuat.” Selama ini jarang sakit. Pernah tapi tidak sampai dirawat di rumah sakit.
***
Tiga hari menjelang hari pelaksanaan lomba aku masih terbaring di rumah sakit, aku merasa keadaanku sudah baik, tapi dokter menyarankan aku jangan pulang dulu.  Tapi aku tidak mau. Aku meminta kepada ibu supaya aku cepat pulang karena tiga hari lagi aku mau lomba. Ibuku mengerti. Tapi beliau juga memikirkan kesehatanku.
“Erika, ibu tahu kamu ingin segera pulang. Tapi kamu denger kan apa kata dokter. Tenang ya sayang? Sehari atau dua hari lagi kamu pasti pulang kok dan kamu pasti bisa ikut lomba itu.” Kata ibuku menenangkanku.
Ibuku benar. Dua hari kemudian aku boleh pulang. Walaupun keadaanku belum sehat seperti sedia kala. Tapi aku masih bisa ikutan lomba.
***
            Hari –H telah tiba. Aku bangun pagi-pagi kemudian diantar oleh ayahku menuju tempat pelaksanaan lomba setelah sebelumnya pembimbingku telah memberi tahu informasi pelaksanaan lomba. Setibanya di sana, masih ada waktu untuk membuka buku. Aku membuka buku sebentar sebelum lomba dimulai untuk mengingat-ingat yang selama ini telah aku pelajari secara maksimal.
            Bel berbunyi. Pertanda bahwa semua siswa harus masuk kelas karena lomba akan dimulai. Aku duduk sesuai dengan nomor pada kartu peserta. Soal pun dibagikan beberapa saat setelah sebelumnya berdoa dipimpin oleh pengawas. Ada 100 butir soal. Pilihan ganda semua.
            “Alhamdulillah.” Batinku dalam hati. Dalam soal tertulis setiap peserta disediakan waktu sekitar 1,5 menit untuk mengerjakan setiap soal. Penilaian bagi siswa menjawab benar:  +3, tidak diisi = 0 dan salah =  – 0.5.
            Aku berusaha untuk mengerjakan soal-soal itu dengan benar dan mengingat-ingat materi yang telah aku pelajari selama ini. Walaupun dalam kondisi badan yang belum terlalu fit. Aku optimis! Semoga aku bisa lolos ke OSP. Aamiin.
            Waktu untuk mengejakan soal-soal telah habis. Lembar jawaban segera dikumpulkan oleh pengawas dan peserta boleh keluar kelas. Aku sedikit lega karena lomba telah selesai dilaksanakan. Hasilnya kuserahkan pada Sang Khalik. Tapi aku tetap optimis.
***
Setalah sekian minggu menunggu. Akhirnya hari pengumuman tiba. Pengumuman bisa diakses melalui internet. Pembimbingku memberikan sebuah situs yang harus aku buka untuk melihat pengumuman. Aku membuka situs tersebut setelah pulang sekolah. Di rumah.
Ku buka situs tersebut. Loading loading loading. Setelah cukup lama menunggu karena jaringan internet di rumahku agak lola. Akhirnya bisa terbuka.
            “Ya Allah...” aku berdoa sambil mencari-cari namaku dan berharap namaku tertera di layar kaca. Pengumuman tersebut hanya menuliskan siswa-siswi yang lolos ke OSP. Aku terus mencari dan mencari. Setelah agak lama mencari. Dan namaku belum ditemukan. Aku mulai khawatir dan tidak bersemangat. Setelah semuanya kubaca. Aku tidak bisa berkata-kata. Aku hanya mengekspresikannya dengan mengeluarkan air mata. Ya. Namaku tidak ada dalam pengumuman tersebut. Yang berarti aku tidak lolos. Aku sedih sekali. Sedih. Ya Allah kenapa aku tidak lolos? Aku telah berusaha keras bahkan sampai aku sakit.
            “Erika, sudah tidak apa-apa ya.. jangan sedih.. Mungkin belum waktunya. Ingat ya Allah selalu punya rencana yang indah buat kita. Dan janji Allah semua itu akan indah pada waktunya.” Kata ibuku yang mencoba menghiburku.
            “Tapi Bu, aku sudah berusaha keras untuk itu..” Jawabku masih dalam keadaan menangis.
            “Iya.. tapi Allah belum berkehendak sayang, Dia lebih tahu mana yang terbaik buat kamu.” Ibuku masih mencoba menghiburku.
            “Iya Bu,” jawabku sedikit tegar.
            Kesedihanku semenjak pengumuman itu belum sepenuhnya hilang. Sebenarnya aku masih teramat sangat sedih. Keesokan harinya sepulang sekolah aku mengajak Claresta, sahabatku untuk pergi ke pantai. Aku menceritakan semuanya pada Claresta.
***
            Aku sadar. Memang sebagai manusia aku dan semua orang bisa berencana, tapi Allah lah yang berkehendak. Sekeras apapun perjuangan kita. Kalau Allah belum berkehendak pasti semua yang kita inginkan atau yang telah kita rencanakan tidak akan terjadi. Tapi sudah sewajibnya untuk selalu berusaha dan berdoa serta selalu bersyukur. Mungkin selama ini aku telah berusaha keras bahkan sangat keras, dan aku melupakan dan bahkan melalaikan sesuatu hal kecil yang seharusnya selalu aku ingat dan tidak boleh lalai. Ya. Berdoa dan bersyukur. Saking sibuk belajar aku sampai lupa salat dan berdoa. Ketika salat bahkan akupun ingin segera selesai dan melanjutkan belajar. Astaghfirullah.Saking sibuknya akupun kurang mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan. Aku mengabaikan kesehatanku. Lupa makan, tidur malam hanya beberapa jam, dan hal-hal lainnya hingga akhirnya aku jatuh sakit. Sekarang aku sadar. Mungkin ini teguran darinya. Terima kasih Ya Allah. Engkau telah menegurku.
:D ***selesai*** :D
Read more »»  

Jumat, 03 Mei 2013

Example of Descriptive Text About People



Di bawah ini adalah descriptive text yang aku buat buat memenuhi tugas Bahasa Inggris beberapa waktu yang lalu  :D  this is about my friend, check it out ;) :D  mohon maaf apabila ada kesalahan, semoga bermanfaat ;)

My Deskmate

Iklima Maharani is my classmate. I call her Hara. She is my best friend. She is the first child of Mr. Abdul Rozzak and Mrs. Titi Laeliyah. She lives in Kedawung village.
                Hara is fair-skinned. She is a slim girl of average height. She is 16 years old on 19 November 2012. She has long hair, but she always wears headscarf and makes the other people can’t see he hair. She has medium nose. Her face is oval. She wears glasses because she has far-sighted eyes. She looks more pretty with her glasses.
                Hara is an attractive and cheerful girl. She has an easy going personality and friendly. Hara isn’t stingy girl. She is generous. When she has food, she usually shares it to her friends. But, she is quick-tempered person when worry about something and didn’t care with the other people. But, actually she is a kind girl. 

Her hobbies are studying and shopping with her mother. She likes treating person who is sick. She wants to be a nurse.
I and Hara were at beach last holiday :)
               
This is Hara :)


Read more »»