Berawal Dari Terpaksa Kemudian Menjadi Terbiasa
Belakangan ini banyak kasus yang dilakukan oleh orang
terhormat dan berpendidikan tinggi. Seperti kasus Bupati Garut yang menikahi
gadis 18 tahun kemudian menceraikannya setelah menikahinya selama 4 hari. Kasus
lainnya yaitu kasus korupsi Gayus Tambunan seorang PNS di Direktorat
Jenderal Pajak Kementerian
Keuangan Indonesia yang menyeret beberapa nama pejabat negara lainnya. Dan banyak kasus
lainnya seperti penyuapan, penipuan, dan hukum yang disiasati.
Kasus-kasus tersebut membuktikan bahwa seseorang dengan
kemampuan lebih dibidang akademik namun tidak diimbangi dengan karakter yang
baik akan tergoyahkan oleh pengaruh-pengaruh yang buruk sehingga
penyimpangan-penyimpangan tersebut dapat terjadi. Sehingga selain pendidikan
akademik diperlukan sebuah pendidikan karakter yang akan membentuk pribadi
seseorang menjadi pribadi yang intelektual, baik dan unggul. Dan tidak akan
terjadi kasus-kasus penyimpangan yang dilakukan oleh orang berpendidikan.
Andian (2010) menyatakan bahwa
“munculnya gagasan program pendidikan karakter di Indonesia, bisa dimaklumi.
Sebab, selama ini dirasakan, proses pendidikan dirasakan belum berhasil
membangun manusia Indonesia yang berkarakter. Bahkan, banyak yang menyebut,
pendidikan telah gagal, karena banyak lulusan sekolah atau sarjana yang piawai
dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi mental dan moralnya lemah”.
Sekolah sebagai sebagai institusi formal pendidikan, harus
benar-benar dapat memberikan pendidikan yang berkarakter, entah itu dalam
kegiatan intrakurikuler atau ekstrakurikuler. Sebagaimana pernah disinggung
Imam Subkhan (Suara Merdeka, 24-9-2011) bahwa
pendidikan karakter dapat ditempuh di berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Sebab
itu dengan mewajibkan siswa mengikuti salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang
diminati, maka penanaman nilai-nilai, tanggung jawab, kreatifitas, kemandirian,
keberanian, sikap empati, dan kepedulian sosial dapat terpatri lebih kuat pada
diri siswa.
Penjelasan tersebut memang benar. Pendidikan karakter dapat
dilakukan melalui kegiatan
ekstrakurikuler. Selain penanaman nilai-nilai di dalam kegiatan tersebut kita
dapat mengembangkan minat dan bakat kita. Terbukti dengan saya mengikuti salah
satu ekstrakurikuler di sekolah saya, saya yang awalnya kurang percaya diri
ketika berbicara di depan umum, kini saya sudah lebih berani ketika berbicara
di depan umum. Menjadi lebih disiplin
dan lebih mandiri serta kepedulian sosial tertanam dalam diri ini. Dan banyak
perubahan positif lainnya. Itu semua bisa saya lakukan karena saya sudah terlatih
dan terbiasa ketika dalam kegiatan ekstrakurikuler. Yang seterusnya sudah
tertanam kuat dan kemudian menjadi terbiasa dan akhirnya membentuk karakter
yang berkepribadian baik dan unggul.
0 komentar:
Posting Komentar